Monday, October 10, 2011

Keluarga Minta Kronologis Bentrokan Gumbasa Tak Direkayasa

Jika Anda memiliki minat bahkan melewati di topik
bejubel market place terbaik indonesia, maka Anda harus melihat pada informasi berikut. Artikel ini mencerahkan menyajikan beberapa berita terbaru tentang masalah
bejubel market place terbaik indonesia.
Liputan6.com, Palu: Keluarga korban penembakan di Desa Pakuli, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, meminta polisi tidak merekayasa kronologis kejadian agar keadilan bisa ditegakkan. "Beberkan cerita yang sesungguhnya agar keluarga yang ditinggalkan tenang," kata Amat Lamatundu saat mengunjungi Komnas HAM Sulawesi Tengah di Palu, Selasa (11/10).

Amat (61) adalah kakek Erik alias Heri (23) yang menjadi korban tewas karena tertembak polisi saat bentrok antarwarga perbatasan Kecamatan Gumbasa dan Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi pada Minggu dini hari (9/10).

Amat sendiri mengaku tidak mengetahui kronologis kejadian hingga menyebabkan cucunya tewas karena dadanya diterjang peluru tajam petugas.

Ia mengatakan, Heri semasa hidupnya tidak pernah terlibat tawuran. "Dia setiap hari bekerja di kebun untuk menghidupi keluarganya," kata Amat.

Tawuran itu melibatkan warga Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan dan warga Desa Dusun I, Desa Pakuli, Kecamatan Gumbasa.

Sementara korban Heri (23) adalah warga Dusun II, Desa Pakuli. Dusun II berada di antara Dusun I dan Desa Bangga yang terlibat tawuran sehingga daerah itu terkena imbas bentrok. Menurut Amat, Heri adalah pria yang tidak mengerti persoalan tapi menjadi korban meninggal dunia.

Jika Anda menemukan diri Anda bingung dengan apa yang Anda sudah membaca hingga saat ini, jangan putus asa. Semuanya harus jelas pada saat Anda selesai.

Sementara paman Heri Masiama juga mengaku tidak mengetahui kronologis kejadian yang menyebabkan kemenakannya meninggal dunia. "Saat itu gelap, sejumlah polisi mencari pelaku tawuran ke rumah-rumah dan sempat membanting kursi," katanya.

Dia mengaku baru mengetahui Heri meninggal dunia beberapa saat setelah sejumlah orang berkerumun. Sedangkan Dedi mengaku melihat Heri sudah dalam kondisi tidak bernyawa dan mengeluarkan banyak darah. "Saya mencoba mengangkat dia, tapi polisi melarang," katanya.

Sementara Plt. Kabiro Penegakkan HAM pada Komnas HAM, Sriyana, menilai ada indikasi pelanggaran HAM saat polisi menangani tawuran itu. "Ada perampasan hak hidup seseorang dalam kasus itu, dan itu mengindikasikan pelanggaran HAM," katanya.

Dia mengatakan, polisi seharusnya tidak memberikan tembakan mematikan, tapi melumpuhkan.

"Kami masih terus melakukan investigasi mendalam kasus ini untuk mendapatkan kronologis yang sesungguhnya," kata Sriyana.

Sebelumnya 11 orang warga Dusun II, Desa Pakuli mendatangi DPRD Sigi guna menyampaikan aspirasi dan mencari keadilan terkait meninggalnya Heri.

Warga yang sebagian besar masih ada hubungan darah dengan korban itu kemudian mendatangi Komnas HAM Sulawesi Tengah dan Kepolisian Daerah setempat guna menyampaikan aspirasi serupa. (ANT/MEL)

Tidak ada keraguan bahwa topik
bejubel market place terbaik indonesia bisa menarik. Jika Anda masih memiliki pertanyaan yang belum terjawab tentang
bejubel market place terbaik indonesia, Anda mungkin menemukan apa yang Anda cari dalam artikel berikutnya.

No comments:

Post a Comment