VIVAnews - Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang triwulan I-2010 mengalami surplus sebesar US$ 6,6 miliar. Pencapaian ini lebih tinggi dibanding posisi triwulan sebelumnya yang hanya mencapai US$ 4 miliar. "Sampai akhir tahun kami optimistis surplus, hanya berapanya saya tidak bisa kasih tahu," kata Pjs Gubernur BI Darmin Nasution di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, baru-baru ini. Catatan BI menunjukan peningkatan NPI tersebut didorong surplus pada transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Pada transaksi berjalan BI mencatat surplus sebesar US$ 1,6 miliar atau menurun dibandingkan pada triwulan IV/2009 yang mengalami surplus US$ 3,6 miliar. Anda yang belum terbiasa dengan kata kunci pada% terbaru% kini memiliki setidaknya pemahaman dasar. Tapi ada lagi yang akan datang.
Penurunan itu disebabkan menurunnya kinerja neraca perdagangan akibat adanya peningkatan impor minyak bumi dan gas (Migas) dan nonmigas. Kenaikan impor nonmigas tidak hanya terjadi pada barang konsumsi namun juga pada kelompok bahan baku dan barang modal, seiring dengan meningkatnya kegiatan produksi dan investasi di dalam negeri. Kenaikan juga terjadi pada impor minyak akibat dari akselerasi kegiatan ekonomi domestik. Di sisi lain, ekspor nonmigas tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula yang ditopang oleh pemulihan ekonomi dunia. Sayangnya pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 35,5 persen secara year on year masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan impor nonmigas sebesar 44,5 persen. Kinerja transaksi berjalan masih mencatat surplus yang cukup tinggi, salah satunya karena menurunnya defisit neraca jasa terkait berkurangnya jumlah kunjungan orang Indonesia ke luar negeri. Pada komponen transaksi modal dan finansial selama triwulan I-2010, BI mencatat surplus sebesar US$ 4,3 miliar meningkat dibandingkan surplus US$ 1,3 miliar pada triwulan IV-2009. Kenaikan surplus terutama bersumber dari perbaikan kinerja investasi langsung dan investasi portofolio. Peningkatan investasi langsung itu didorong iklim investasi dan makroekonomi yang lebih baik, serta semakin kemudahan prosedur investasi yang ditawarkan pemerintah. Kondisi likuiditas global yang lebih baik dan tingkat imbal hasil yang relatif menarik, mendorong arus masuk investasi portofolio oleh investor asing dan penerbitan obligasi valas oleh pemerintah. Di samping itu, surplus transaksi modal dan finansial juga ditopang oleh penarikan utang luar negeri swasta yang relatif tinggi karena membaiknya akses perusahaan Indonesia dalam mencari pembiayaan di pasar keuangan internasional. BI juga mengumumkan, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I-2010 meningkat menjadi US$ 71,8 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sementara hingga posisi 30 April 2010, jumlah cadangan devisa mencapai US$ 78,6 miliar setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. (umi) ¢ VIVAnews
Penurunan itu disebabkan menurunnya kinerja neraca perdagangan akibat adanya peningkatan impor minyak bumi dan gas (Migas) dan nonmigas. Kenaikan impor nonmigas tidak hanya terjadi pada barang konsumsi namun juga pada kelompok bahan baku dan barang modal, seiring dengan meningkatnya kegiatan produksi dan investasi di dalam negeri. Kenaikan juga terjadi pada impor minyak akibat dari akselerasi kegiatan ekonomi domestik. Di sisi lain, ekspor nonmigas tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula yang ditopang oleh pemulihan ekonomi dunia. Sayangnya pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 35,5 persen secara year on year masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan impor nonmigas sebesar 44,5 persen. Kinerja transaksi berjalan masih mencatat surplus yang cukup tinggi, salah satunya karena menurunnya defisit neraca jasa terkait berkurangnya jumlah kunjungan orang Indonesia ke luar negeri. Pada komponen transaksi modal dan finansial selama triwulan I-2010, BI mencatat surplus sebesar US$ 4,3 miliar meningkat dibandingkan surplus US$ 1,3 miliar pada triwulan IV-2009. Kenaikan surplus terutama bersumber dari perbaikan kinerja investasi langsung dan investasi portofolio. Peningkatan investasi langsung itu didorong iklim investasi dan makroekonomi yang lebih baik, serta semakin kemudahan prosedur investasi yang ditawarkan pemerintah. Kondisi likuiditas global yang lebih baik dan tingkat imbal hasil yang relatif menarik, mendorong arus masuk investasi portofolio oleh investor asing dan penerbitan obligasi valas oleh pemerintah. Di samping itu, surplus transaksi modal dan finansial juga ditopang oleh penarikan utang luar negeri swasta yang relatif tinggi karena membaiknya akses perusahaan Indonesia dalam mencari pembiayaan di pasar keuangan internasional. BI juga mengumumkan, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I-2010 meningkat menjadi US$ 71,8 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sementara hingga posisi 30 April 2010, jumlah cadangan devisa mencapai US$ 78,6 miliar setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. (umi) ¢ VIVAnews
No comments:
Post a Comment