Monday, May 10, 2010

Menguat Tajam, Rupiah Sentuh 9.075/US$

Pernahkah Anda bertanya-tanya apakah apa yang Anda ketahui tentang news akurat? Perhatikan paragraf berikut dan bandingkan apa yang Anda ketahui untuk info terbaru pada news.
VIVAnews - Setelah koreksi tajam pada pekan lalu, nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank terus menguat. Pada perdagangan Selasa 11 Mei 2010, rupiah terpantau menguat tajam mendekati level Rp 9.050 per dolar AS.

Dalam transaksi valuta asing Bloomberg, perdagangan pukul 07.55, rupiah menguat 141 poin atau 1,53 persen ke level Rp 9.075 per dolar AS. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia masih berada pada Rp 9.120 per dolar AS.

Penguatan rupiah berlawanan dengan sejumlah mata uang utama dunia, seperti euro. Nilai tukar euro terhadap dolar AS pagi ini justru tengah melemah. Euro diperdagangkan pada level US$ 1,2771 per euro, atau melemah 0,125 persen. Poundsterling juga melemah 0,098 persen ke US$ 1,4832 per pound.

Anda mungkin tidak mempertimbangkan segala sesuatu yang baru saja Anda baca untuk menjadi informasi penting tentang news. Tapi jangan kaget jika Anda menemukan diri Anda sendiri mengingat dan menggunakan informasi ini dalam beberapa hari mendatang.

Di pasar Asia Pasifik juga demikian. Dolar Singapura dan dolar Australia masing-masing melemah 0,054 persen ke 1,3818 per dolar AS dan 0,20 persen ke US$ 0,9010 per dolar Australia. Sedangkan yen pagi ini menguat tajam 0,63 persen ke 92,7050 per dolar AS.

Beberapa waktu lalu Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terjadi akibat kepanikan pasar terhadap kondisi ekonomi global, khususnya krisis di Yunani. Kondisi itu diperparah dengan adanya kesalahan kuotasi dalam perdagangan saham di Bursa Wall Street.

Namun, mantan Dirjen Pajak ini menilai pelemahan nilai tukar rupiah dan mata uang global terhadap dolar AS tidak berlangsung lama. Hal itu tergantung dari solusi dalam penanganan krisis yang terjadi di Yunani.

Darmin juga memastikan bahwa Bank Indonesia telah turun ke pasar sejak awal pekan lalu untuk menekan ketat pergerakan rupiah, sehingga pelemahannya tidak terlalu ekstrem. "Ini fenomena global atas ketidakpastian krisis yang membuat panik pasar," katanya. (umi)

hadi.suprapto@vivanews.com

¢ VIVAnews
Jangan membatasi diri Anda sendiri dengan menolak untuk mempelajari rincian tentang news. Semakin banyak Anda tahu, akan lebih mudah untuk berfokus pada apa yang penting.

No comments:

Post a Comment